Pengertian Enzim
Enzim
merupakan senyawa organik berukuran besar yang berfungsi untuk mempercepat
reaksi metabolisme di dalam tubuh tanpa mengganggu keseimbangan reaksi. Enzim
berinteraksi dengan substrat dan mengarahkannya secara tepat untuk berreaksi.
Substrat adalah zat yang mengalami perubahan kimia setelah berinteraksi dengan
enzim, sementara produk adalah zat baru yang terbentuk setelah reaksi tersebut.
Setiap enzim katalisis reaksi biokimia yang spesifik. Enzim hanya berinteraksi
dengan satu jenis substrat dan mengubahnya menjadi produk. Secara umum, enzim
memiliki peran penting dalam mengatur kecepatan, spesifisitas, dan regulasi
reaksi yang terjadi di dalam tubuh. Hal ini disebabkan oleh urutan asam amino
yang unik dalam struktur enzim, yang juga berfungsi untuk mengikat dan
mengaktivasi substrat (Voet and Voet, 2004).
Struktur Enzim
Sebagian
besar enzim merupakan protein globular yang memiliki struktur tiga dimensi yang
spesifik. Struktur ini terbentuk oleh struktur primer, sekunder, dan tersier.
Selain itu, beberapa enzim juga memiliki struktur kuartener karena terdiri dari
lebih dari satu rantai protein (McMurry and Marry, 1994). Struktur primer
mengacu pada urutan linier asam amino yang dihubungkan oleh ikatan peptida.
Struktur sekunder terbentuk ketika daerah dalam rantai peptida membentuk
struktur reguler, berulang, dan lokal melalui ikatan hidrogen antara atom-atom
dalam ikatan peptida. Ini berkaitan dengan pengaturan posisi spasial residu
asam amino yang berdekatan dalam urutan linier, membentuk struktur seperti
α-heliks, lembaran β, dan loop. Konformasi tersier protein melibatkan berbagai
jenis ikatan, termasuk ikatan hidrogen antara gugus R residu asam amino
berdekatan, ikatan ion antara gugus R yang bermuatan berlawanan, interaksi
hidrofobik antara gugus R yang bersifat hidrofobik, dan ikatan kovalen seperti
ikatan disulfida yang melibatkan residu sistein (Stryer, 2002).
Klasifikasi enzim
Enzim
dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis reaksi yang mereka katalisis. Secara
umum, enzim dapat dibagi menjadi enam klasifikasi, yaitu oksidoredutase,
transferase, hidrolase, liase, isomerase, dan ligase (McMurry dan Mary, 1994).
1.
Oksidoreduktase
Enzim
oksidoreduktase mengkatalisis reaksi oksidasi atau reduksi suatu bahan.
Klasifikasi ini mencakup dua jenis enzim yang utama, yaitu oksidase dan
dehidrogenase.
a.
Oksidase adalah enzim yang mengkatalisis reaksi antara substrat dan molekul
oksigen. Beberapa enzim oksidase meliputi katalase, peroksidase, tirosinase,
dan asam askorbat oksidase.
b.
Dehidrogenase adalah enzim yang aktif dalam mengambil atom hidrogen dari
substrat. Contohnya termasuk suksinat dehidrogenase, glutamat dehidrogenase,
dan laktat dehidrogenase.
2.
Transferase
Enzim
transferase berperan dalam pemindahan (transfer) radikal atau gugus dalam
reaksi. Beberapa enzim yang termasuk dalam klasifikasi ini adalah
transglikosidase, transfosforilase, transaminase, dan transasetilase.
3.
Hidrolase
Enzim
hidrolase sangat penting dalam proses pengolahan pangan. Mereka mengkatalisis
reaksi hidrolisis substrat atau pemecahan substrat dengan bantuan molekul air.
4.
Liase
Enzim
liase berperan dalam pemecahan ikatan C-C dan ikatan C-O tanpa menggunakan molekul
air. Contoh enzim dalam klasifikasi ini adalah dekarboksilase.
5.
Isomerase
Enzim
isomerase mengkatalisis reaksi perubahan konfigurasi molekul substrat,
menghasilkan molekul baru yang merupakan isomer substrat atau dengan perubahan
posisi isomer. Beberapa contoh enzim dalam klasifikasi ini adalah fosfoheksosa
isomerise atau fosfomanosa isomerase.
6.
Ligase
Enzim
ligase mengatalisis pembentukan ikatan atau penggabungan dua molekul substrat
dengan partisipasi ATP.
Mekanisme kerja enzim
Enzim
bekerja secara spesifik dalam mengkatalisis reaksi. Hanya jenis reaksi tertentu
yang dapat dikatalisis oleh enzim tertentu, dan hanya substrat tertentu yang
dapat dikatalisis. Enzim memiliki sisi aktif yang berperan dalam pengarahan,
pengikatan, dan katalisis, sisi ini tidak ada pada protein pada umumnya. Sisi
aktif enzim biasanya berbentuk celah, terdiri dari sisa asam amino pada rantai
polipeptida enzim. Sebelum diurai atau digandengkan, substrat harus masuk ke
dalam celah. Substrat yang masuk ke dalam celah harus memenuhi beberapa syarat,
yaitu harus komplementer dengan celah dan memiliki bagian yang labil agar dapat
digandengkan atau diurai (Martoharsono, 2006).
Sifat
komplementer antara enzim dan substrat dijelaskan melalui teori pemodelan
"lock and key" dan "induced fit". Dalam pemodelan
"lock and key", sisi aktif enzim hanya cocok dengan satu jenis
substrat saja, seperti kunci yang tepat masuk ke dalam gembok.
Namun,
melalui penjelasan pemodelan "induced-fit", kinerja enzim yang
spesifik dapat dijelaskan dengan lebih luas. Pada induced fit, beberapa enzim
memiliki fleksibilitas untuk mengubah bentuk dan ukuran sisi aktif mereka agar
sesuai dengan ruang yang dibutuhkan oleh berbagai jenis substrat. Dengan
demikian, enzim dan substrat dapat bergabung dan interaksi mereka menghasilkan
kesesuaian yang tepat (McMurry dan Marry, 1994).
Faktor
yang mempengaruhi aktivitas enzim
1.
Konsentrasi Substrat
Konsentrasi
substrat mempengaruhi kecepatan reaksi enzim. Konsentrasi yang tinggi dapat
meningkatkan laju reaksi. Namun, setelah mencapai titik jenuh, peningkatan
konsentrasi substrat tidak akan lagi meningkatkan laju reaksi (Stryer, 2002).
Michealis-Menten menjelaskan bahwa terbentuknya kompleks enzim-substrat terjadi
melalui kontak antara enzim dan substrat. Pada konsentrasi substrat rendah,
bagian aktif enzim hanya dapat menampung sedikit substrat. Ketika konsentrasi
substrat ditingkatkan, lebih banyak substrat berinteraksi dengan enzim di
bagian aktif tersebut. Hal ini meningkatkan konsentrasi kompleks enzim-substrat
dan mengakibatkan peningkatan kecepatan reaksi. Namun, pada suatu titik
tertentu, semua bagian aktif telah terisi oleh substrat atau mencapai kejenuhan
substrat. Pada titik ini, peningkatan konsentrasi substrat tidak akan
meningkatkan konsentrasi kompleks enzim-substrat, sehingga laju reaksi tidak
akan meningkat.
2.
Suhu
Suhu
mempengaruhi kecepatan reaksi enzim. Pada suhu rendah, reaksi berlangsung
lambat, sedangkan pada suhu tinggi, reaksi berlangsung lebih cepat. Namun,
karena enzim adalah protein, peningkatan suhu yang berlebihan dapat menyebabkan
denaturasi enzim. Denaturasi akan mengganggu bagian aktif enzim, mengurangi
konsentrasi efektif enzim, dan menurunkan kecepatan reaksi.
3.
pH
pH
lingkungan mempengaruhi struktur ion enzim. Enzim dapat berbentuk ion positif,
ion negatif, atau ion bermuatan ganda (zwitterion). Perubahan pH lingkungan
akan mempengaruhi efektivitas bagian aktif enzim dalam membentuk kompleks
enzim-substrat. Selain itu, pH rendah atau pH tinggi dapat menyebabkan
denaturasi enzim dan mengurangi aktivitas enzim.
4.
Inhibitor
Hambatan
atau inhibisi dapat terjadi dalam reaksi yang menggunakan enzim sebagai katalis
ketika penggabungan substrat pada bagian aktif enzim terhambat. Molekul atau
ion yang dapat menyebabkan hambatan ini disebut sebagai inhibitor. Inhibisi
dapat bersifat tidak reversibel atau reversibel. Hambatan tidak reversibel
umumnya disebabkan oleh modifikasi gugus fungsi atau lebih yang ada pada
molekul enzim. Hambatan reversibel dapat berupa hambatan bersaing atau hambatan
tidak bersaing.
5.
Ko-enzim dan aktivator
Enzim
sering kali membutuhkan substansi lain yang disebut ko-enzim untuk berfungsi
secara efektif. Ko-enzim adalah substansi non-protein yang membantu
mengaktivasi enzim.
Pemurnian Enzim
Tujuan
dari pemurnian enzim adalah untuk mengisolasi enzim yang spesifik dari senyawa
lain yang tidak diinginkan. Tahapan pemurnian bergantung pada tujuan akhir,
apakah untuk keperluan industri enzim atau penelitian. Pada keperluan
penelitian, enzim perlu melewati beberapa tahapan pemurnian dengan risiko
kehilangan yang signifikan (hingga 90%). Sedangkan pada keperluan industri,
upaya pemurnian harus minimal untuk menghilangkan senyawa yang mengganggu
proses, sehingga risiko kehilangan harus dihindari sebisa mungkin. Pemurnian
protein dilakukan berdasarkan sifat kelarutan, ukuran, muatan, dan afinitas
pengikatan protein itu sendiri. Oleh karena itu, campuran protein dipisahkan
menggunakan serangkaian metode pemisahan.
Salah
satu tantangan dalam pemurnian protein atau enzim adalah memisahkan enzim yang
diinginkan dari ratusan protein lain yang memiliki struktur kimia dan fisika
yang serupa. Setiap tahapan pemurnian menggunakan larutan penyangga dengan pH
tertentu. Pilihan larutan penyangga tersebut akan mempengaruhi sifat biofisika
protein. Jumlah protein enzim pada akhir proses pemurnian tidak hanya
bergantung pada bahan awal, tetapi juga pada proses pemurnian itu sendiri.
Adanya kehilangan protein pada setiap tahapan pemurnian perlu diperhatikan,
sehingga langkah-langkah pemurnian harus dioptimalkan untuk mendapatkan enzim
yang optimal (Harris dan Angal, 1989).
Harris
(1989) menekankan tiga faktor yang harus diperhatikan dalam pemurnian enzim,
yaitu faktor kualitas, kuantitas, dan ekonomi. Faktor kualitas mencakup
tindakan untuk menjaga aktivitas protein dengan mengurangi proteolisis dan
denaturasi. Faktor kuantitas terkait dengan penggunaan akhir protein murni yang
akan menentukan kualitas enzim yang dibutuhkan. Faktor ekonomi penting jika
enzim akan digunakan dalam industri atau dalam skala laboratorium.
Pemurnian
enzim dapat dilakukan dengan beberapa metode, antara lain pengendapan
menggunakan garam ammonium sulfat (salting out) atau pelarut organik seperti
aseton, serta melalui membran ultrafiltrasi. Penggunaan ammonium sulfat untuk
salting out memiliki keuntungan, seperti harga yang relatif murah, kelarutan
yang tinggi, pH larutan yang tidak mengalami perubahan ekstrem, dan tidak
bersifat toksik. Namun, kerugian dari metode ini adalah tingginya konsentrasi
garam yang tertinggal dalam produk akhir, sehingga kurang efisien dalam
menghilangkan pengotor. Pengendapan protein menggunakan pelarut organik seperti
aseton lebih mudah dilakukan karena sisa aseton dapat dihilangkan melalui
sentrifugasi dan penguapan.
Posting Komentar untuk "Apa itu Enzim?"