BAB
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Nugget
Nugget
merupakan salah satu produk olahan daging yang terbuat dari daging yang sudah
digiling dan dicetak menjadi potongan empat persegi dan dilapisi dengan tepung
berbumbu (battered dan breaded) (Maghfiroh, 2000). Nugget termasuk dalam
kategori produk makanan beku siap saji, di mana produk tersebut dipanaskan
sampai setengah matang (precooked) dan kemudian dibekukan (Afrisanti, 2010).
Nugget merupakan salah satu jenis produk beku
siap saji yang dapat diolah dengan menggoreng selama satu menit pada suhu
150°C. Selama proses penggorengan, nugget beku setengah matang akan berubah
menjadi kekuning-kuningan dan kering. Tekstur nugget bergantung pada bahan
dasarnya (Kompas, 2011).
2.2 Bahan-Bahan
yang Ditambahkan dalam Pembuatan Nugget
2.2.1
Daging Ayam
Daging
ayam menjadi salah satu produk yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tubuh karena
kandungan gizi proteinnya mengandung asam amino yang lengkap (Astawan dan
Astawan, 1998). Daging memiliki kandungan gizi yang lengkap, sehingga dapat
memenuhi kebutuhan gizi yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan tubuh. Nilai
kalori yang terkandung dalam daging bervariasi tergantung pada jumlah daging
yang dikonsumsi. Secara relatif, kandungan gizi daging dari berbagai jenis
hewan ternak memiliki perbedaan, namun setiap gram daging dapat memenuhi
sekitar 10% kebutuhan kalori, 50% kebutuhan protein, dan 35% kebutuhan zat besi
untuk seorang dewasa (Forest, et al., 1975). Komposisi kimia daging ayam dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi Kimia
Daging Ayam per 100 gram Bahan
Komposisi |
Jumlah |
Kalori (kal) |
302 |
Protein (g) |
18,2 |
Lemak (g) |
25,0 |
Karbohidrat (g) |
0 |
Kalsium (mg) |
14 |
Fosfor (mg) |
400 |
Besi (mg) |
1,5 |
Nilai Vitamin A (SI) |
820 |
Vitamin B1 (mg) |
0,08 |
Vitamin C (mg) |
0 |
Air (g) |
55,9 |
b.d.d (%) |
58 |
Sumber : Direktorat Gizi
Depertemen Kesehatan R.I, (1996)
2.2.2 Tepung terigu
Tepung
terigu diperoleh melalui proses penggilingan biji gandum yang telah dibersihkan
secara baik. Tepung terigu hasil penggilingan harus memiliki sifat mudah
tercurah, kering, tidak menggumpal saat ditekan, berwarna putih, bebas dari partikel
kulit, dan tidak mengandung bau yang tidak lazim seperti bau busuk, jamur, atau
bau lainnya. Selain itu, tepung terigu juga harus bebas dari serangga, kotoran,
dan kontaminasi lainnya (Sunaryo, 1985). Komposisi kimia tepung terigu dapat
dilihat pada Tabel 3.
Table 3. Komposisi Kimia Tepung Terigu Dalam 100 gram Bahan
Komposisi |
Jumlah |
Kalori
(kal) |
365 |
Protein
(g) |
8,9 |
Lemak
(g) |
1,3 |
Karbohidrat
(g) |
77,3 |
Kalsium
(mg) |
16 |
Fosfor
(mg) |
106 |
Besi
(mg) |
1,2 |
Nilai
Vitamin A (SI) |
0 |
Vitamin
B1 (mg) |
0,12 |
Vitamin
C (mg) |
0 |
Air
(g) |
12,0 |
b.d.d
(%) |
100 |
Sumber : Direktorat Gizi Departemen Kesehatan R.I., (1996)
2.2.3 Garam
NaCl
adalah senyawa garam yang berwarna putih dan berbentuk kristal padat yang
berfungsi sebagai penyedap rasa yang telah digunakan sejak lama. Garam,
terutama garam dapur (NaCl), merupakan komponen penting dalam bahan makanan.
Makanan yang mengandung kurang dari 0,35% natrium akan terasa hambar dan tidak
disukai (Winarno, 2004).
2.2.4 Air es
Air es memiliki peranan penting dalam pembuatan
nugget untuk menjaga suhu adonan tetap dingin. Adonan nugget yang terlalu panas
dapat merusak protein dan mengganggu tekstur. Selain itu, air es juga berfungsi
untuk menjaga stabilitas emulsi dan kelembaban adonan nugget agar tidak
mengering selama proses pencetakan dan perebusan (Wibowo, 1995).
2.2.5 Telur
Menurut Sudaryani (2003), telur menjadi produk
peternakan yang memberikan sumbangan terbesar akan kebutuhannya dalam memenuhi
gizi masyarakat. Satu butir telur mengandung gizi yang cukup lengkap dan mudah
dicerna karena mengandung zat-zat gizi yang baik. Telur memiliki kandungan
protein yang tinggi dan komposisi protein yang lengkap, namun juga mengandung
lemak yang cukup tinggi.
2.2.6 Tepung panir
Tepung panir atau tepung roti adalah tepung yang
terbuat dari roti yang dikeringkan. Tepung roti yang terbuat dari roti manis
cenderung cepat gosong saat digoreng. Tepung panir memiliki warna cerah dan
krem pucat.
2.2.7 Bawang putih
Bawang putih (Allium sativum) adalah tumbuhan
herba berumpun yang tumbuh setahun dan memiliki tinggi sekitar 60 cm. Tanaman
ini umumnya ditanam di ladang-ladang pegunungan yang mendapatkan sinar matahari
yang cukup. Batangnya bersifat semu dengan warna hijau. Bagian bawahnya terdiri
dari siung-siung yang menyatu membentuk umbi besar berwarna putih. Setiap
siungnya dilapisi oleh kulit tipis dan memiliki aroma yang sangat tajam saat
diiris. Daunnya berbentuk pita dengan tepi rata, ujung runcing, dan beralur.
Panjangnya sekitar 60 cm dan lebarnya 1,5 cm. Bawang putih memiliki akar
serabut dan bunga berwarna putih dengan tangkai panjang dan bentuk payung
(Syamsiah dan Tajudin, 2003).
2.2.8 Tepung Maizana
Tepung
maizena adalah pati jagung yang umum digunakan sebagai bahan penstabil. Maizena
membentuk gel atau pasta saat dicampur dengan cairan. Gelatinisasi maizena
terjadi pada suhu tinggi, sekitar 62-76°C. Secara umum, pati jagung mengandung
sekitar 27% amilosa dan 37% amilopektin (Winarno, 1997).
2.2.9 Bumbu-Bumbu
Bumbu-bumbu
memberikan rasa, aroma, dan aroma pada masakan, dan juga berfungsi sebagai
bahan pengawet. Penggunaan bumbu yang tepat dalam masakan dapat menghasilkan
makanan yang lezat dan menarik selera makan (Tarwotjo, 1998).
Dalam pembuatan
nugget, bumbu terdiri dari beberapa rempah seperti bawang merah, bawang putih,
merica, dan penyedap rasa. Bumbu ini berfungsi untuk meningkatkan rasa nugget
sehingga nugget yang dihasilkan akan disukai oleh penikmatnya (Alamsyah, 2008).
Monosodium
glutamat (MSG) dipasarkan dalam bentuk kristal. MSG murni tidak berbau, tetapi
memiliki rasa yang khas, yaitu campuran rasa manis dan asin yang lezat di
mulut. MSG berfungsi untuk meningkatkan rasa yang diinginkan dan mengurangi
rasa yang tidak diinginkan (Syarief dan Irawati, 1988).
2.3 Proses
Pembuatan Nugget
2.3.1
Penggilingan
Proses
penggilingan dalam pembuatan nugget dimulai dengan membersihkan daging ayam,
kemudian menghaluskannya menggunakan alat penggilingan dengan penambahan air es
untuk mencegah kerusakan selama proses penghalusan (Alamsyah, 2008).
Penggilingan yang
berlebihan dapat menyebabkan pemecahan emulsi. Hal ini terjadi karena semakin
kecil diameter partikel lemak dan semakin besar luas permukaan lemak, sehingga
protein tidak dapat melapisi semua partikel lemak, dan lemak yang tidak
terlindungi akan keluar dari emulsi, membentuk kantong lemak (Tauber, 1977).
2.3.2 Pembuatan
adonan
Daging yang telah
dihaluskan dicampur dengan garam, gula pasir, tambahan tepung terigu, bawang
putih, bawang merah, merica, dan penyedap rasa. Kemudian diaduk hingga
tercampur merata dan siap dimasukkan ke dalam loyang (Alamsyah, 2008).
Bahan pengikat
dan bahan pengisi adalah bahan non-daging yang perlu ditambahkan dalam proses pembuatan
nugget. Bahan-bahan ini ditambahkan untuk meningkatkan stabilitas emulsi,
kapasitas pengikatan air, pembentukan rasa, mengurangi penyusutan selama proses
pemasakan, dan mengurangi biaya produksi (Forrest, et al., 1975).
2.3.3 Pengukusan
Pengukusan bertujuan
untuk memasak bahan makanan menggunakan uap air mendidih. Ada dua cara
pengukusan, yaitu dengan uap panas langsung yang kontak langsung dengan bahan
makanan atau dengan uap panas tidak langsung yang tidak langsung bersentuhan
dengan makanan (Maryati, 2000).
2.3.4 Penggorengan
Penggorengan
adalah metode umum dalam pengolahan makanan di mana makanan dipanaskan dalam
minyak dalam wajan. Proses ini bertujuan untuk menghasilkan produk yang renyah
dan berwarna, meningkatkan rasa, gizi, dan daya simpan produk akhir.
Penggorengan juga dapat mengubah kualitas makanan yang dikonsumsi dan memiliki
efek preservasi dengan menghancurkan mikroorganisme dan enzim serta mengurangi
kadar air, sehingga meningkatkan daya tahan (Ketaren, 1986).
2.4 Perubahan yang Terjadi Selama Proses
Pembuatan Nugget
2.4.1 Gelatinisasi Pati
Menurut Bennion dalam Rohayati (2003),
gelatinisasi terjadi saat proses pengukusan dalam pembuatan nugget.
Gelatinisasi pati terjadi ketika granula pati mengalami pembengkakan karena
adanya air dan pemanasan. Hal ini terjadi karena molekul pati secara fisik
hanya dijaga oleh ikatan hidrogen yang lemah. Peningkatan suhu memutuskan
ikatan tersebut dan meningkatkan energi kinetik molekul pati, sehingga ukuran
partikel pati menjadi lebih besar dan mengalami pembengkakan. Molekul pati yang
berdekatan akan membentuk jaringan tiga dimensi dan menahan air di dalamnya,
membentuk gel yang viskus. Proses ini disebut gelatinisasi (Meyer dan Rohayati,
2003).
2.4.2 Retrogradasi
Setelah mengalami gelatinisasi dan didinginkan,
pati dapat mengalami retrogradasi, yaitu proses pengkristalan kembali. Dalam
pembuatan nugget, retrogradasi terjadi selama proses pendinginan. Ketika pasta
yang mengalami gelatinisasi didinginkan, energi kinetik tidak cukup untuk
membentuk ikatan kembali antara molekul amilosa. Sebagai hasilnya, butir pati
yang membengkak akan bergabung membentuk mikrokristal dan mengendap. Pasta
cenderung meningkatkan viskositasnya selama pendinginan, dan beberapa pasta
bahkan dapat mengental, menjadi kaku, dan memiliki gel yang keruh. Bagian luar
butir pati yang membengkak mengandung air yang terikat dengan molekul pati,
sementara air pada pasta yang dimasak berada di rongga-rongga jaringan yang
terbentuk oleh butir pati dan endapan amilosa. Jika gel dipotong atau disimpan
dalam beberapa hari, air dapat keluar dari bahan tersebut, yang dikenal sebagai
sineresis (Winarno, 1997).
2.4.3 Denaturasi Protein
Menurut Winarno (1997), denaturasi protein
terjadi ketika struktur ruang atau rantai polipeptida dalam molekul protein
berubah. Denaturasi protein dapat terjadi melalui panas, pH, bahan kimia,
mekanik, dan metode lainnya, dengan setiap metode memiliki pengaruh yang
berbeda terhadap denaturasi protein. Protein yang mengalami denaturasi akan
mengalami penurunan kelarutan. Bagian dalam molekul protein yang bersifat
hidrofilik menjadi terbuka, sedangkan bagian luar yang bersifat hidrofilik akan
terlipat ke dalam. Proses lipatan atau pembalikan ini terutama terjadi saat
larutan protein mendekati pH isoelektrik, yaitu pH 7.
2.4.4 Reaksi Pencoklatan
Dalam
pembuatan nugget, terdapat dua proses pencoklatan yang mungkin terjadi, yaitu
reaksi Maillard dan karamelisasi. Menurut Winarno (1997), terdapat tiga jenis
pencoklatan non-enzimatik, yaitu karamelisasi, reaksi Maillard, dan pencoklatan
yang disebabkan oleh vitamin C.
Pada saat penggorengan, warna coklat pada nugget
disebabkan oleh reaksi Maillard dan karamelisasi. Reaksi Maillard terjadi
ketika gula reduksi dari karbohidrat berinteraksi dengan gugus amina primer
(unsur N) dari protein, membentuk senyawa melanoidin yang berwarna coklat.
Sementara itu, reaksi karamelisasi terjadi ketika molekul sukrosa
dipanaskan di atas titik lelehnya, yaitu 160°C. Pada awalnya, setiap molekul
sukrosa terurai menjadi satu molekul glukosa dan satu molekul fruktosa.
Pemanasan lebih lanjut akan mengeluarkan molekul air dan mengubah molekul gula
menjadi senyawa yang lebih kompleks. Proses ini melibatkan pemecahan,
dehidrasi, dan polimerisasi, serta pembentukan beberapa jenis asam dalam
campuran tersebut.
Boss ijin copas ya, makasih
BalasHapus